Saat ini Solar Panel lagi “trend”. Banyak perusahaan baru maupun lama, yang mulai berlomba-lomba menjual Solar Panel dengan beragam promosi nya. Ada yang promosi nya listrik jadi lebih hemat, go green, bisa jual listrik ke PLN, dan lain sebagainya.
Intinya semua harus jelas, jangan hanya menjual dengan slogan bagus dan menjanjikan, tapi sebenarnya tidak seperti itu.
Untuk masalah go green, semua bilang nya sih go green, tetapi apakah anda tahu dan tempe bahwa semua material yang digunakan untuk membuat solar panel dan perlengkapan pendukung nya tidak lah go green. Tapi dengan menggunakan solar panel kita bisa menghemat pengunaan bahan bakar apabila PLN mengunakan solar untuk pembangkit listriknya.
Jual listrik ke PLN, benar emang bisa kita jual listrik ke PLN, tetapi sampai saat ini blom ada aturan yang mengaturnya, jadi apabila kita mengerjakannya dan meminta petugas PLN menganti meteran yang bisa in dan out, berarti kita melanggar aturan lho.
Sekarang kita bahas masalah Rupiah nya, pasang solar panel listrik jadi lebih hemat. Tunggu dulu mali, yang dimaksud hemat disini apa yah? Perbandingan investasi nya dengan harga kwh PLN atau biaya bulanan tagihan PLN jadi lebih kecil?
Apabila yang dimaksud tagihan PLN jadi lebih kecil, yah itu pasti benar, lah wong gak pakai, listriknya dari sumber lain, yaitu Solar Panel. Pasti tagihan jadi lebih kecil lah, bisa-bisa menurun sampai 50%.
Bagaimana kalau dibandingan investasi pemasangna solar panel dengan harga kwh PLN? Belum tentu lebih murah lho. Tidak percaya?
Sekarang kita hitung investasi solar panel agar bisa memiliki daya 2200VA (kita anggap VA = watt).
Harga untuk solar panel 100watt adalah Rp1.250.000,- jadi untuk 2200watt diperlukan 22pcs solar panel, sehingga total untuk biaya solar panel adalah 22 x Rp1.500.000,- = Rp33.000.000,-
Selain solar panel, kita membutuhkan kabel, inverter dan batterai. Untuk baterai, kita asumsikan menggunakan batterai kering, untuk beterai kering 100Ah adalah Rp1.400.000,- dan untuk batterai juga diperlukan 22pcs agar dapat menyimpan daya sebear 2200. Jadi total untuk batterai adalah 22 x Rp1.400.000,- = Rp30.0800.000,-
Untuk harga inverter yang support 2200watt adalah Rp3.200.000,-
Dengan asumsi pemakaian 20kw perhari, maka untuk investasi solar panel tersebut baru akan habis atau balik modal setelah pemakaian 76 bulan atau sama dengan 6 tahunan, ini belum termasuk hitungan apabila ada kerusakan di solar panel dan batterai kering nya dan juga tidak ada matahari alias cuaca hujan/mendung.
Dengan perhitungan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa saat ini pemakain solar panel belum “visible”, karena masih terlalu mahal, dimana balik modal perlu waktu diatas 5 tahun, sedangkan batterai kering itu biasanya umur nya sekitar 1 – 2 tahun, dan alat elektronik umur nya sekitar 3 tahun.
Jadi jangan tergiur dulu dengan promo nya, dihitung dulu kelayakannya.
Aneh ya,diAustralia justru pemerintah menganjurkan masyarakatnya menggunakan Energi listrik Solar Panel.
Apa karena PLN tdk mau kehilangan /berkurang penghasilannya bila banyak masyarakat yg beralih ke Listrik tenaga Matahari?
DiAustralia malah pemerintah menganjurkan kpd masyarakatnya untuk menggunakan Listrik tenaga Surya/solar Panel.Kita bisa membagi /menyalurkan kpd tetangga yg mau ,dan Pemerintah akan membayar brp banyak yg dipakai oleh tetangga itu.
DiIndonesia Sy pikir akan sulit menagih kePemerintah ,maklumlah birokrasi kayak kawat berduri yg kusut